Cari Blog Ini

Sabtu, 30 Oktober 2010

gambaran pengetahuan ibu nifas tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi di Ruang Nifas RSD Dr.

BAB 1

PENDAHULUAN


1.1        Latar Belakang
Pengalaman bersalin bagi banyak wanita agak menjadi kenangan yang samar-samar teringat dalam menjalani persalinan begitu banyak hal yang terjadi, dan hal itu terjadi dalam waktu yang singkat. Jadi hal-hal yang terdapat dalam masa post partum atau masa nifas inilah yang biasa teringat oleh sebagian besar pasien kebidanan. Masa nifas merupakan masa pulih kembali mulai persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lama nifas itu yaitu 6 sampai 8 minggu (Rustam Muchtar, 1998)
Masa nifas dikenal sebagai masa involusi yaitu kembali organ-organ tubuh seperti sebelum hamil maka pada masa ini banyak terjadi perubahan-perubahan, diantara perubahan tersebut adalah perubahan sistem tubuh yang meliputi peningkatan nadi, tekanan darah, suhu, perubahan laktasi dan pemberian air susu ibu, perubahan system tubuh lain seperti perubahan system ginjal, system kardiovaskuler, perubahan system renal dan lain-lain.
Pada jaman globalisasi seperti sekarang ini dimana informasi mengenai perawatan sebelum hamil, hamil sampai pasca hamil mudah didapat baik dari media masa, media elektronik maupun dari buku-buku, dan didukung dengan adanya petugas kesehatan dalam hal ini bidan yang telah masuk ke desa-desa. Masih sering ditemui di masyarakat terutama masyarakat pedesaan yang ibu pasca bersalin diharuskan pantang makanan tertentu.
Hal ini bertolak belakang dari apa yang di ungkapkan oleh Sarwono Prawiroharjo (2002) bahwa pada masa nifas ibu harus banyak mengkonsumsi makanan yang bergizi dan berimbang. Makanan yang bergizi sangat penting bagi ibu nifas karena selain baik untuk produksi air susu ibu (ASI), juga berguna sebagai proses involusi.
Di Indonesia terdapat 300 kelompok etnis yang berbeda-beda, masing-masing mempunyai identitas kebudayaan tersendiri (Hildrek Geertz) sehingga memungkinkan untuk berorientasi pada budaya tertentu yang dianutnya, misal ada adat yang melarang ibu makan daging atau sayuran ketika masa nifas (Dinkes, RI, 1999) sedangkan menurut  Sarwono Prawiroharjo (2002) diet yang diberikan pada ibu nifas harus bermutu tinggi, cukup protein, cairan serta buah-buahan karena wanita tersebut mengalami hemokonsentrasi.
Dari data yang diperoleh diruang nifas RSD  dari tahun  2008 didapatkan 792 pasien post partum sedangkan pada bulan Januari-Februari 2009 menunjukkan pasien post partum sebanyak 159 orang yang melahirkan. Pada survei awal yang dilakukan  diruang nifas RSD Dr.Soegiri Lamongan terhadap 5 ibu nifas, 3 orang atau 60% masih ada  yang berpantang pada makanan tertentu dan tidak mau minum banyak,  2 orang atau 40% tidak berpantang.
Apabila gizi ibu nifas kurang akan mempengaruhi perubahan fisik dan sistem reproduksi waktu nifas diantaranya sistem vaskuler, pada waktu persalinan seorang ibu akan mengalami kehilangan darah 300-400 cc dengan timbulnya  haemokonsentrasi sehingga bisa terjadi anemia. Sistem reproduksi pada laktasi, pada prosesnya progesteron dan estrogen yang dihasilkan plasenta, merangsang pengeluaran air susu ibu, didalam susunan air susu kurang lebih kandungan protein 1-2%, lemak 3-5%, gula 6,5-8%, garam 0,1-0,2%, hal ini akan berbeda apabila ibu nifas mengalami pantang makanan, sehingga secara umum pergantian sel-sel yang rusak, penyembuhan jalan lahir dan produksi air susu ibu atau ASI akan terganggu, sehingga mengorbankan jaringan sel lain dan ibu akan menjadi kurus yang berdampak pada penurunan kualitas dan kwantitas ASI kemudian bayi akan tidak terpenuhi kecukupan kebutuhan gizi akibatnya daya tahan tubuh menurun dan terjadi infeksi berkepanjangan (Rustam Muchtar, 1998 ).
Masih adanya ibu nifas yang berpantang makanan tertentu kemungkinan bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah: peran keluarga, umur, pendidikan, pengetahuan, pengalaman, dan petugas kesehatan.
 Peran keluarga, disini peran keluarga sangat penting peranannya dimana keluarga sebagai orang pertama yang berhubungan dengan ibu nifas, Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu (Nasrul Effendi, 1998). Peran individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Salah satu peran dalam keluarga adalah sebagai pengasuh. Peran ini bila dilakukan dengan baik maka faktor pemenuhan gizi pada masa nifas akan terpenuhi sehingga pada masa nifas tidak terjadi pantang makanan lagi dan sebaliknya jika peran ini tidak dilakukan dengan baik maka kejadian berpantang makanan pada masa nifas akan terus berlanjut
Menurut Tri Widayatun, (1999), dengan bertambahnya umur, perkembangan seseorang menjadi konstruktif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi. Umur juga akan menentukan seorang individu dalam bersikap menghadapi suatu permasalahan. Semakin bertambahnya umur maka pemikiran akan lebih bertambah dewasa dan individu tersebut dapat menentukan sikap dalam menanggapi keuntungan dan kerugian melakukan pantang makanan.  
Pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang kepada sesuatu yang baru. Semakin tinggi pendidikan seseorang informasi yang dimiliki lebih luas dan lebih mudah diterima termasuk informasi tentang manfaat mengkonsumsi makanan bergizi dan berimbang serta akibat bila tidak mengkonsumsi makanan yang bergizi. Sedangkan bila tingkat pendidikan seseorang rendah maka akan mengalami kesulitan didalam menerima atau menyerap informasi dari berbagai media massa. Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok dan masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Soekidjo Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Ibu nifas akan mengkonsumsi makanan yang bergizi serta berimbang bila ibu nifas tersebut mengetahui tentang manfaat makanan yang bergizi terhadap kebutuhan tubuh yang dialaminya serta dampak bila tidak mengkonsumsi makanan yang bergizi, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Soekidjo Notoatmodjo, (2003), pengetahuan berasal dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba sebagian besar pengetahuan manusia berasal dari penglihatan dan pendengaran.
Pengalaman, salah satu cara untuk mendapatkannya dapat melalui pengamatan dan pengajaran yang diperlukan untuk memperoleh ketrampilan dan pengetahuan dalam hidup bermasyarakat. Jika seorang wanita atau ibu pernah melihat atau mendengar dan pernah mempelajari segala perilaku baik yang positif maupun yang bernilai negatif termasuk perilaku pantangan makanan tertentu, maka kemungkinan ibu akan meniru sehingga perilaku yang ditiru tersebut juga akan salah yang pada akhirnya menghambat dalam proses pemulihan diri.
Budaya merupakan hasil dari manusia yang berasal dari budi daya dan kreatifitas seseorang yang dilakukan terus menerus dari satu generasi ke generasi berikutnya, dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari kebudayaan, begitu banyak kebudayaan yang di anut oleh masyarakat. Begitupun dengan ibu nifas banyak budaya yang dianutnya, salah satu budaya yang dominan yaitu pantangan. Terdapat jenis-jenis makanan yang tidak boleh dimakan oleh kelompok umur tertentu atau oleh perempuan remaja, wanita hamil dan menyusui. Karena faktor inilah yang mempunyai pengaruh besar terhadap perilaku seseorang sebagaimana yang dikemukakan oleh Uha Suliha (2002) bahwa budaya merupakan segala sesuatu yang terdapat pada masyarakat, ditentukan adanya kebudayaan yang dimiliki oleh mayarakat tersebut.
Petugas kesehatan dalam hal ini perawat khususnya harus dapat memotivasi para ibu nifas untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan berimbang sehingga ibu nifas tidak terjadi kekurangan nutisi yang dibutuhkan tubuh lagi. Dalam keperawatan pendidikan kesehatan merupakan salah satu intervensi keperawatan mandiri yang diberikan oleh petugas kesehatan untuk membantu klien, baik individu, kelompok dan masyarakat, dalam mengatasi masalah kesehatan melalui pembelajaran atau penyuluhan (Uha Suliha, 2002). Dengan adanya penyuluhan yang dilakukan oleh perawat diharapkan ibu nifas mengetahui tentang manfaat makanan yang bergizi dan berimbang serta akibat bila tidak mengkonsumsi makanan yang bergizi dan berimbang.
DST.................ANDA BUTUH LENGKAP SAMPAI BAB TERAKHIR DAN LAMPIRANNYA SAMPAI DATA SPSS DALAM BENTUK DATA WORD.....HUBUNGI 085645040345



Tidak ada komentar: