Cari Blog Ini

Sabtu, 30 Oktober 2010

skripsi kesehatan 1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Psikosa secara sederhana merupakan suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (“sense of reality”). Hal ini diketahui dengan terdapatnya gangguan pada hidup perasaan (afek dan emosi), proses berpikir, psikomotorik dan kemauan, sedemikian rupa sehingga semua ini tidak sesuai dengan kenyataan lagi. Pasien tidak dapat “dimengerti” dan tidak dapat “dihargai” lagi seperti orang normal, karena itu seorang awampun dapat mengatakan bahwa orang itu “gila”, bila psikosa itu sudah jelas. Pasien sendiri juga tidak memahami penyakitnya, ia tidak merasa sakit (Maramis, 2005 : 180).
Perubahan yang serba cepat sebagai konsekuensi modernisasi, industrialisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mempengaruhi moral etika dan gaya hidup. Tidak semua dapat menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut yang pada gilirannya yang bersangkutan  dapat  jatuh  sakit, atau  mengalami  gangguan  penyesuaian diri ( Dadang Hawari, 2008 : 1).
Keterkaitan adanya gangguan kemampuan penyesuaian diri dengan terganggunya psikomotorik yang akhirnya akan mengganggu keadaan pasien sangatlah besar karena akan bisa menimbulkan gangguan yang serius pada pasien. Dalam suatu keadaan yang terangsang yang tidak menentu dan tidak terorganisasi dengan disertai pembicaraan dan motorik yang berlebihan misalnya, bisa menyebabkan pasien mengalami perubahan yang cepat terhadap kepribadiannya yang semula selalu gembira, tidak pernah sedih berubah menjadi individu yang merasa bahwa dirinya bersalah dan merasa tidak mampu menghadapi segala  gejolak atau tuntutan hidup dalam kehidupannya sehari-hari. Sehingga pasien  menjadi individu yang agresif dan mudah tersinggung.
Berdasarkan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan pada tahun 2008 ditemukan pasien psikosa sebanyak 5129 pasien. Diketahui pasien psikosa baru yang dilaporkan sebanyak 844 pasien atau 16,45%, pasien psikosa lama sebanyak 4285 pasien atau 83,54%, pasien psikosa baru yang di obati sebanyak 844 pasien atau 100% dari pasien psikosa baru yang dilaporkan, pasien psikosa lama yang di obati sebanyak 1969 pasien atau 45,95% dari pasien psikosa lama yang dilaporkan, dan pasien psikosa lama yang di rujuk ke RSJ sebanyak 94 pasien atau 2,19% dari pasien psikosa lama yang dilaporkan. Dan berdasarkan data di URJ Psikiatri RSD Dr. Soegiri Lamongan pada bulan Januari dan Pebruari 2009 ditemukan pasien psikosa sebanyak 74 pasien. Diketahui pasien psikosa baru sebanyak 44 pasien atau 59,45 %, dan psien psikosa lama sebanyak 30 pasien atau 40,54 %.
Hasil surve awal yang dilakukan peneliti pada hari Senin tanggal 2 Maret 2009, dari 9 pasien psikosa yang periksa di URJ Psikiatri RSD Dr.Soegiri Lamongan terdapat beberapa pasien psikosa yang mengalami isolasi sosial.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pasien psikosa mengalami isolasi sosial yaitu : lingkungan, hubungan antar sesama, komunikasi, ekonomi, pengetahuan, peran keluarga, peran petugas kesehatan, dan keturunan. 
Lingkungan merupakan segala sesuatu yang berada di sekitar manusia serta pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia. Lingkungan dibagi menjadi 3 macam yaitu lingkungan fisik, non fisik, dan biologis ( Nasrul Effendy, 1998 : 199). Dimana semuanya hendaknya memenuhi  syarat kesehatan lingkungan. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah suasana kehidupan yang bebas dari gangguan kriminalitas yaitu keamanan dan ketertiban masyarakat karena hal ini juga sebagai salah satu faktor yang utama bagi individu untuk terbebas dari tekanan yang ada di masyarakat.
Hubungan antar sesama atau perorangan yang tidak baik dapat merupakan sumber yang dapat mengakibatkan individu tersebut sulit berhubungan dengan orang lain dalam suatu kelompok (Dadang Hawari, 2008 : 5). Dalam hidup bermasyarakat seseorang juga butuh berinteraksi dan bergaul dengan orang lain, tetapi apabila lingkungan di sekitar tidak mendukung atau orang di sekitar tidak mendukung individu tersebut sehingga individu merasa diasingkan dan sulit berinteraksi dengan orang lain.
Komunikasi adalah alat yang digunakan untuk memberikan informasi baik secara verbal maupun nonverbal (Soekidjo Notoadmodjo, 2007 : 71). Adanya komunikasi dalam bentuk verbal maupun nonverbal merupakan faktor pendukung untuk proses penyembuhan pasien psikosa yang mengalami isolasi sosial, dan dengan adanya komunikasi yang baik antara keluarga dengan pasien maupun petugas kesehatan dengan pasien akan membina hubungan kepercayaan antara pasien dengan  keluarga, maupun pasien dengan petugas kesehatan, dan akan mempercepat proses penyembuhan pasien. Sebaliknya apabila komunikasi antara pasien dengan keluarga maupun pasien dengan petugas kesehatan tidak baik maka akan memperlambat proses penyembuhan pasien.  
Masalah ekonomi dalam kehidupan setiap hari ternyata merupakan salah satu stresor utama (Dadang Hawari, 2008 : 8). Semakin tinggi nilai sosial ekonomi di masyarakat akan mengakibatkan gangguan fungsional pada seseorang  yang  berekonomi rendah yang tidak mampu menerima keadaan lingkup di masyarakat.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu (Soekidjo Notoadmodjo, 2003 : 121). Pengetahuan merupakan salah satu modal bagi manusia dalam menghadapi masalah. Pengetahuan yang banyak akan mempengaruhi seseorang agar tidak mengalami gangguan jiwa. Ia akan berusaha tahu, memahami, analisis, sintesis, serta evaluasi kejadian yang sedang berlangsung saat itu sehingga ia akan berusaha menghadapi masalah tersebut dengan sabar.
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa anggota lainnya (Wahit Iqbal Mubarok, 2005 : 4). Peran keluarga sangat penting bagi proses penyembuhan pasien karena pasien perlu adanya perhatian khusus. Keluarga sebagai pendukung pasien untuk memperbaiki dan mempertahankan kondisinya agar dapat mempercepat penyembuhan.
Peran petugas kesehatan adalah cara untuk menyatakan aktifitas dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi wewenang oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab secara profesional sesuai dengan kode etik (Wahit Iqbal Mubarok, 2005 : 75). Dalam membantu proses penyembuhan pasien peran petugas kesehatan sangat dibutuhkan, karena peran petugas kesehatan yang baik dan aktif bapat mempercepat proses penyembuhan. Sebaliknya pabila peran petugas kesehatan tidak baik maka akan memperlambat proses penyembuhan.
Faktor keturunan dapat mengganggu perkembangan badaniah yang normal sehingga dapat menyebabkan terjadinya perilaku yang tidak normal (Maramis, 2005 : 135). Faktor keturunan terjadi karena adanya jumlah kromosom sex yang tidak normal. Kromosom sex yang tidak normal menyebabkan pasien mengalami gangguan pada otak.  
Agar pasien dapat berinteraksi dengan orang lain secara baik diharapkan peran keluarga dan perawat dalam mengajak pasien berinteraksi agar tidak terjadi gangguan isolasi sosial pada pasien.
Salah satu upaya untuk mencegah pasien psikosa tidak mengalami isolasi sosial adalah pasien rutin berobat, peningkatan peran keluarga, peningkatan peran petugas kesehatan. 
 Mengingat banyaknya pasien psikosa yang mengalami isolasi sosial, maka pada penelitian ini di fokuskan pada faktor yang mempengaruhi pasien psikosa yang mengalami isolasi sosial di URJ Psikiatri RSD Dr.Seogiri Lamongan, yaitu faktor lingkungan, komunikasi dan peran keluarga.

1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana Gambaran faktor Yang Mempengaruhi Pasien Psikosa Mengalami Isolasi Sosial Di URJ Psikiatri RSD Dr.Soegiri Lamongan ?”

1.3    Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran faktor yang mempengaruhi pasien psikosa mengalami isolasi sosial di URJ Psikiatri RSD Dr.Soegiri Lamongan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi faktor lingkungan yang mempengaruhi pasien psikosa mengalami isolasi sosial di URJ Psikiatri RSD Dr.Soegiri Lamongan.
1.3.2.2 Mengidentifikasi faktor komunikasi yang mempengaruhi pasien psikosa mengalami isolasi sosial di URJ Psikiatri RSD Dr.Soegiri Lamongan.
1.3.2.3 Mengidentifikasi faktor peran keluarga yang mempengaruhi pasien psikosa mengalami isolasi sosial di URJ Psikiatri RSD Dr.Soegiri Lamongan.

1.4    Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Memberikan masukan untuk peningkatan mutu pelayanan keperawatan dengan memberikan informasi tentang gambaran faktor yang mempengaruhi pasien psikosa mengalami isolasi sosial di URJ Psikiatri RSD Dr.Soegiri Lamongan.


1.4.2   Bagi Pasien
Pasien mampu mengontrol adanya gangguan kemampuan berpikir yang terjadi pada dirinya setelah mengetahui gambaran faktor yang mempengaruhi pasien psikosa mengalami isolasi sosial di URJ Psikiatri RSD Dr.Soegiri Lamongan.
1.4.3   Bagi Peneliti
Mendapatkan informasi tentang gambaran faktor yang mempengaruhi pasien psikosa mengalami isolasi sosial di URJ Psikiatri RSD Dr.Soegiri Lamongan. Meningkatkan pengetahuan akan pentingnya memahami gambaran faktor yang mempengaruhi pasien psikosa mengalami isolasi sosial di URJ Psikiatri RSD Dr.Soegiri Lamongan.
1.4.4    Bagi Peneliti Lain atau Selanjutnya
Memberikan gambaran atau informasi agar dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan gambaran faktor yang mempengaruhi pasien psikosa mengalami isolasi sosial di URJ Psikiatri RSD Dr.Soegiri Lamongan.


Tidak ada komentar: