Cari Blog Ini

Sabtu, 30 Oktober 2010

hubungan peran keluarga dengan pelaksanaan mobilisasi pada pasien post operasi BPH di Ruang Bedah BP

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang
Hiperplasia prostat yang telah memberikan keluhan klinik biasanya akan menyebabkan pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Hal ini merupakan salah satu angka morbiditas yang bermakna pada populasi pria lanjut usia dan merupakan masalah kesehatan utama bagi pria diatas usia 50 tahun yang berperan dalam penurunan kualitas hidup seseorang. Suatu penelitian menyebutkan bahwa sepertiga dari pria berusia antara 50 dan 79 tahun mengalami hiperplasia prostat (Andre Yuindartanto, 2008)
Menurut Yasin Wahyu R, (2008), Prevalensi yang pasti di Indonesia belum diketahui tetapi berdasarkan kepustakaan luar negeri diperkirakan semenjak umur 50 tahun 20%-30% penderita akan memerlukan pengobatan untuk prostat hiperplasia. Prevalensi sangat tergantung pada golongan umur. Sebenarnya perubahan kearah terjadinya pembesaran prostat sudah dimulai sejak dini, dimulai pada perubahan mikroskopik yang kemudian bermanifestasi menjadi kelainan makroskopik (kelenjar membesar) dan kemudian baru manifes dengan gejala klinik.
Menurut Andre Yuindartanto, (2008), berdasarkan angka autopsi perubahan mikroskopik pada prostat sudah dapat ditemukan pada usia 30-40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini terus berkembang akan terjadi perubahan patologi anatomi. Pada pria usia 50 tahun angka kejadiannya sekitar 50%, dan pada usia 80 tahun sekitar 80%. Sekitar 50% dari angka tersebut diatas akan menyebabkan gejala dan tanda klinik.
Adanya hiperplasia ini akan menyebabkan terjadinya obstruksi saluran kemih dan untuk mengatasi obstruksi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai dari tindakan yang paling ringan yaitu secara konservatif atau non operatif sampai tindakan yang paling berat yaitu operasi. Terapi sedini mungkin sangat dianjurkan untuk mengurangi gejala, meningkatkan kualitas hidup dan menghindari komplikasi akibat obstruksi yang berkepanjangan. Tindakan bedah masih merupakan terapi utama untuk hiperplasia prostat atau lebih dari 90% kasus (Andre Yuindartanto, 2008)
Tindakan pembedahan merupakan pengalaman menegangkan bagi sebagian pasien, hal ini dikarenakan kurang pengetahuan mengenai tindakan perawatan maupun tindakan medis yang akan dilakukan terhadapnya, perawat bertanggung jawab dalam memberikan informasi terkait dengan tindakan pembedahan yang akan di terimanya. Informasi yang diberikan  sebagai tindakan suportif dan pendidikan yang dilakukan perawat untuk membantu pasien bedah dalam meningkatkan kesehatan sendiri sebelum dan sesudah pembedahan salah satunya adalah proses mobilisasi. Tuntutan pasien akan bantuan keperawatan terletak pada area pengambilan keputusan, tambahan pengetahuan, keterampilan, dan perubahan perilaku, (Marlyne. E. Doenges 2000).
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehat,dan penting untuk kemandirian, demikian pula dengan pasien post operasi di harapkan dapat melakukan mobilisasi sesegera mungkin, seperti melakukan gerakan kaki, bergeser di tempat tidur, melakukan nafas dalam dan batuk  efektif dengan membebat luka dengan jalinan kedua tangan di atas luka operasi, dan teknik bangkit dari tempat tidur (Brunner & Suddarth, 1998), dengan melakukan mobilisasi sesegera mungkin, hari perawatan pasien akan lebih singkat dan komplikasi post operasi tidak terjadi.
Menurut data medical record di Ruang Bedah BP RSD pada tahun 2008, klien post operasi BPH keseluruhan berjumlah 73 orang, sedangkan jumlah klien post operasi BPH pada bulan januari dan februari 2009 berjumlah 24 klien Pada survey awal yang dilakukan pada tanggal 28 Februari sampai dengan 4 Maret 2009 pada 5 pasien post operasi BPH hari ke dua didapatkan 4 pasien atau 80% tidak melakukan mobilisasi dan 1 pasien atau 20% melakukan mobilisasi secara teratur, dari observasi di lapangan peneliti sering menjumpai pasien post operasi BPH yang ditunggui oleh keluarga melakukan mobilisasi, dan ada pasien  post operasi BPH yang tidak ditunggui oleh keluarga tidak melakukan mobilisasi. Berdasarkan uraian data diatas, masalah penelitian adalah masih banyak pasien post operasi BPH hari kedua tidak melakukan mobilisasi.
Akibat yang mendasar pada pasien post operasi pembedahan yang tidak melakukan mobilisasi segera adalah proses penyembuhan luka lebih lambat sehingga perawatan lebih lama dan kemungkinan komplikasi post-operasi seperti atlektasis dan pneumonia hipostatis dapat terjadi, oleh karena itu pelaksanaan mobilisasi perlu mendapat penjelasan sebelum operasi dilaksanakan guna meningkatkan kemampuan kemandirian pasien post operasi. Pemberian informasi pada pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan bertujuan meningkatkan kemampuan adaptasi pasien dalam menjalani rangkaian prosedur pembedahan sehingga klien diharapkan lebih kooperatif, berpartisipasi dalam perawatan post operasi, dan mengurangi resiko komplikasi post operasi (Barbara C. Long, 1997).
Faktor yang dapat mempengaruhi masih rendahnya pasien melakukan mobilisasi seseorang post operasi diantaranya adalah peran keluarga. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan, keluarga juga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan perawatan langsung pada setiap keadaan sehat-sakit dalam memelihara kesehatan anggota keluarga, dalam hal ini keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan kesehatan karena masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara sesama anggota keluarga dan pola keluarga sekitarnya atau masyarakat pada umumnya. Keluarga dapat mencegah, menimbulkan, mengabaikan dan perbaikan masalah kelompoknya sehingga keluarga merupakan perantara efektif dalam kesehatan masyarakat. Oleh karena itu peran keluarga sangat perlu sekali dalam rangka untuk memberikan dukungan terhadap pasien supaya terbebas dari penyulit dan komplikasi yang mungkin timbul setelah post operasi  (Friedman, 1998). Oleh karena itu peran keluarga diharapkan mampu memberikan motivasi pada pasien untuk melakukan mobilisasi dihari yang telah ditentukan.
DST.................ANDA BUTUH LENGKAP SAMPAI BAB TERAKHIR DAN LAMPIRANNYA SAMPAI DATA SPSS DALAM BENTUK DATA WORD.....HUBUNGI 085645040345

Tidak ada komentar: