Cari Blog Ini

Sabtu, 30 Oktober 2010

Skripsi kesehatan 2

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang
Skizofrenia salah satu bentuk gangguan jiwa berat, dulu sering dianggap akibat kerasukan roh halus atau ilmu gaib. Akibatnya, pasien sering dikucilkan bahkan dipasung dan diperlakukan tidak manusiawi. Skizofrenia bisa mengenai siapa saja, dari berbagai bangsa, negara, maupun kelompok sosio ekonomi dan budaya. Skizofrenia bisa terjadi karena disebabkan beberapa fase yaitu fase prodromal, fase aktif dan fase residual. Padahal jika diketahui sejak dini dan ditangani dengan baik, gangguan ini bisa diatasi (Kriswandaru, 2006). Pada kenyataannya pasien dengan skizofrenia yang dirawat di rumah sakit jarang dikunjungi oleh keluarganya. Hal ini disebabkan karena keluarga malu ada keluarganya yang menderita penyakit skizofrenia. Padahal, kunjungan keluarga sangat diperlukan oleh pasien skizofrenia guna mempercepat kesembuhan pasien.
Dalam keluarga terdapat suatu sistem yang berisi sejumlah relasi yang berfungsi secara unik. Definisi tentang keluarga tersebut menegaskan bahwa hakikat dari keluarga adalah relasi yang terjalin antara individu yang merupakan komponen dalam keluarganya. Setiap anggota keluarga berhubungan satu sama lain. Dalam relasi yang saling terkait ini, dapat dipahami bahwa bila sesuatu menimpa atau dialami oleh salah satu anggota keluarga dampaknya akan mengenai seluruh anggota keluarga yang lain (Iman Setiadi Arif, 2006).
Semakin dekat hubungan keluarga biologis, semakin tinggi resiko terkena skizofrenia. Beban dan penderitaan keluarga serta kurangnya pengetahuan menghadapi gejala yang berdampak negatif pada pasien. Seorang pasien skizofrenia seringkali tidak mendapatkan perhatian yang cukup dari keluarga. Padahal, dukungan dari keluarga merupakan faktor penting yang dapat membantu kesembuhan seorang skizofrenia. Untuk itulah, maka diperlukan penyesuaian diri yang baik dan penerimaan dari pihak keluarga akan keadaan dari pasien skizofrenia.
Prevalensi pasien skizofrenia di Indonesia adalah 0,3–1 persen dan biasanya timbul pada usia sekitar 18–45 tahun, namun ada juga yang baru berusia 11–12 tahun sudah menderita skizofrenia. Apabila penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa, maka diperkirakan sekitar 2 juta jiwa menderita skizofrenia. Skizofrenia adalah gangguan mental yang cukup luas dialami di Indonesia, dimana sekitar 99% pasien di RS Jiwa di Indonesia adalah pasien skizofrenia. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Lamongan pada tahun 2008 pasien yang mengalami gangguan jiwa di Kabupaten Lamongan ditemukan sebanyak 430 pasien.
Berdasarkan data di URJ Psikiatri RSD Dr. Soegiri Lamongan pada bulan Desember 2008 sampai dengan Januari 2009 terdapat 32 kasus skizofrenia yang rawat jalan. Survey awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 9 Februari 2009 dari 10 keluarga pasien skizofrenia yang rawat jalan diperoleh hasil 8 keluarga pasien skizofrenia yang kurang memahami tentang pasien skizofrenia sedangkan 2 keluarga pasien yang mengerti tentang pasien skizofrenia.            Dari data diatas, masalah yang timbul adalah masih banyaknya keluarga pasien yang kurang mengetahui tentang penyakit skizofrenia.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kurangnya pengetahuan keluarga pasien tentang penyakit skozifrenia yaitu : faktor pendidikan, usia, informasi dan kebudayaan.
Pendidikan merupakan segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Soekidjo Notoatmodjo, 2003). Seseorang yang berpendidikan lebih tinggi kemungkinan pandangannya lebih luas, dan juga mempengaruhi terhadap keluarga pasien skizofrenia lebih memahami tentang penyakit skizofrenia. Begitu pula jika seseorang tidak mengenyam pendidikan kemungkinan kurang mengetahui tentang penyakit skizofrenia.
Usia merupakan umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan logis (Nursalam dan Pariani, 2001). Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang lebih dipercaya dari orang yang belum cukup tinggi dewasanya. Sebaliknya, semakin tua umur seseorang makin konstruktif dalam menggunakan koping atau pertahanan terhadap masalah yang dihadapi.
Informasi merupakan kumpulan data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerima baik melalui seseorang, media massa maupun elektronik (Andri Kristanto, 2003). Pengetahuan keluarga pasien yang makin tinggi memudahkan keluarga pasien tersebut menerima informasi dari orang lain maupun media massa. Sebaliknya, pengetahuan keluarga pasien yang kurang mengakibatkan kesulitan dalam menerima informasi dari orang lain maupun media massa. Informasi tentang skizofrenia yang didapatkan keluarga pasien skizofrenia dari media massa menyebabkan keluarga pasien skizofrenia mengerti tentang penyakitnya. Dengan demikian, diperlukan adanya informasi yang adekuat kepada keluarga pasien skizofrenia sehingga keluarga dapat mengawasi keteraturan minum obat serta kontrol secara rutin.
Kebudayaan yang berlaku di suatu wilayah secara tidak langsung akan memberikan pengaruh yang besar kepada seseorang dalam memperoleh pengetahuan (Arimurti, 2002). Biasanya masyarakat yang memegang teguh adat dan budayanya cenderung lebih susah untuk memperoleh pengetahuan sebaliknya masyarakat yang mempunyai kultur budaya terbuka lebih mudah untuk memperoleh pengetahuan.
Salah satu upaya mengatasi dampak dari kurangnya pengetahuan pada keluarga pasien skizofrenia, petugas harus memberikan informasi dalam bentuk penyuluhan secara berkala tiap kontrol agar keluarga pasien skizofrenia dapat mengidentifikasi tanda dan gejala penyakit skizofrenia sehingga keluarga pasien skizofrenia dapat mengantisipasi penyakit skizofrenia dengan tujuan tidak sampai tahap lebih lanjut. Karena banyak faktor yang mempengaruhi masalah diatas, maka peneliti membatasi hanya pada gambaran pengetahuan keluarga pasien skizofrenia tentang penyakit skizofrenia di URJ Psikiatri RSD Dr. Soegiri Lamongan.
1.2     Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian adalah ”Bagaimana gambaran pengetahuan keluarga pasien skizofrenia tentang penyakit skizofrenia di URJ Psikiatri RSD Dr. Soegiri Lamongan?”

1.3     Tujuan Penelitian
1.3.1   Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan keluarga pasien skizofrenia tentang penyakit skizofrenia di URJ Psikiatri RSD Dr. Soegiri Lamongan.
1.3.2   Tujuan Khusus
1)     Mengidentifikasi pengertian penyakit skizofrenia di URJ Psikiatri RSD
Dr. Soegiri Lamongan.
2)     Mengidentifikasi penyebab penyakit skizofrenia di URJ Psikiatri RSD
Dr. Soegiri Lamongan.
3)     Mengidentifikasi tanda dan gejala penyakit skizofrenia di URJ Psikiatri RSD Dr. Soegiri Lamongan.
4)     Mengidentifikasi penatalaksanaan keperawatan pasien penyakit skizofrenia di URJ Psikiatri RSD Dr. Soegiri Lamongan.

1.4     Manfaat Penelitian
1.4.1   Bagi institusi pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan sekaligus sebagai ilmu pengetahuan bagi perkembangan ilmu keperawatan yang dapat disosialisasikan di kalangan institusi keperawatan dan dapat diaplikasikan di kalangan institusi.
1.4.2   Bagi profesi keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi profesi dalam mengembangkan perencanaan keperawatan yang akan dilakukan pada keluarga pasien skizofrenia.
1.4.3   Bagi peneliti yang akan datang
Hasil penelitian dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kesehatan khususnya ilmu keperawatan untuk dapat diteliti lebih lanjut.

Tidak ada komentar: